Bukan Review Film : Pengepungan di Bukit Duri

 



Sebelum nonton film Pengepungan Bukit Duri, berusaha untuk tidak banyak melihat spoiler atau membaca referensi. Cukuplah dengan modal karena sutradara Joko Anwar nekat buat ke bioskop sendirian. Untungnya banyak juga yang nonton film ini di bioskop padahal bukan weekday. Seperti apa film ini sedikit saya akan cerita tentang fim Pengepungan Bukit Duri.

 

Seperti yang saya bilang, saya sama sekali menghindari spoiler berlebihan terkait film ini. Hanya bermodalkan jalan cerita bahwa ada seorang guru pindahan yang bernama Edwin sedang mencari keponakannya yang konon bersekolah di daerah timur Jakarta. Keponakan ini divcari karena sempat di berikan kepada orang lain oleh kakanya alias ibunya. Alasannya apa? Silahkan nonton sendiri ya.

 

Tetapi dalam pencarian tersebut Edwin justru menjadi guru di sekolah yang bernama SMA Bukit Duri yang mana sekolah tersebut merupakan sekolah anak – anak buangan.  Oiya kisah ini Alurnya maju mundur ya. Awal film akan diceritakan kejadian buruk yang menimpa Edwin dan cicinya. Lalu alur sekarang dan alur mundur lagi menceritakan cici yang tengah sakit dan meminta Edwin untuk mencari anaknya. Sayangnya dalam pencarian keponakan ini, ada banyak hal terjadi dan justru membuat banyak jatuh korban. Ada beberapa isu yang pengin saya bahas di blog ini terkait dengan film Pengepungan Bukit Duri.

1.       Latar Belakang Kerusuhan Mei 1998

Awal film memang sempat ada disclaimer bahwa latar belakang film ini terinspirasi dari kisah nyata tapi bukan kisah nyata. Pasti suka pada lihat seliweran spoiler film ini dengan lagu “pagiku cerah..matarahari bersinar” sesungguhnya awal yang indah itu menjadi petaka. Karena saat itu sekolah SMA dan SMP yang kebetulan menjadi satu wilayah ini terpaksa diliburkan karena adanya kerusuhan. Tadinya saya tidak terlalu paham kenapa Edwin dan cici nya terasa buru buru ternyata karena kerusuhan tersebut menyerang etnis Tionghoa. Dan kejadian buruk dialami oleh Cicinya yang menjadi cikal bakal film ini.

 

2.       Amarah Tidak Selalu Lawan dengan Amarah

Seperti yang sempat di bahas di atas bahwa salah satu latar belakang ini adalah sebuah sekolah yang dikenal sebagai sekolah buangan. Edwin yang menjadi guru pengganti disana (mungkin) awalnya akan bersikap cuek saja tapi mungkin karena provokasi kepala sekolah yang mengatakan bahwa orang dewasa harus memiliki power di depan anak – anak yang (mungkin) menjadikan Edwin menghadapi murid muridnya dengan keras. Karena keras inilah yang mengakibatkan dia memiliki musuh muridnya sendiri. Padahal mungkin sebenarnya Edwin bisa menghadapi Muridnya alias Jefri dengan tenang tanpa harus emosi. Sehingga mungkin meskipun proses penerimaannya lama akan tidak banyak korban.

 

3.       Remaja yang butuh Validasi

Jefri yang merupakan ketua geng di Sekolah Bukit Duri ini selalu mencari siswa cina untuk di bully dan dianiaya bahkan pernah sampai membunuh. Kalau saja Edwin bisa lebih sabar, maka akan ketahuan bahwa sifat keras ini hasil dari kekerasan yang dialami selama di rumahnya terlihat dari bekas luka luka yang ada di tubuh Jefri. Kalau saya sendiri melihat banyak juga anak – anak sekarang yang seprti Jefri. Anak – anak remaja yang dirumah mendapat kekerasan di rumah rasanya akan butuh validasi bahwa dia punya power di luar rumah. Meskipun ada juga yang anak yang dirumah menjadi anak baik tetapi tetep juga meminta validasi dengan bully teman di rumah. Film ini seakan memperlihatkan kondisi remaja yang ada di Indonesia yang haus dengan peran orang tua yang sebenarnya.

4.       Remaja yang Nakal karena Ikut Teman.

Konsep ini juga ternyata menjadi perhatian Joko Anwar untuk ditampilkan di beberapa scene. Ada beberapa teman Jefri yang sebenarnya hanya ikut – ikutan tetapi malah justru menjadi terjebak dalam situasi yang buruk dan bahkan beberapa menjadi korban Jefri karena amarahnya. Sedih rasanya ketika kenakalan anak kita terjadi hanya karena ingin terlihat keren atau pun karena paksaan temannya. Duh, rasanya ingin sekali ngekepin anak takut kebawa efek negatif kenakalan remaja. Dalam film ini, banyak korban remaja yang meninggal karena salah teman.

 

              Sebenarnya poin yang share di atas adalah apa yang saya pkirkan setelah melihat film ini, tentu bisa juga berbeda dengan yang lain. Tapiii tentu bukan Joko Anwar kalau meninggalkan teori yang membuat penonton akhirnya berpikir liar dengan para tokohnya. Contohnya tentang nasib bu diana dan kristo yang tidak dilihatkan bagaimana akhirnya mereka setelah lolos. Apakah betul mereka yang mengerahkan massa ke SMA Bukit Duri? Atau apakah betul Bu Diana sengaja mincing Edwin untuk keluar dari apartemen padahal dibawah ada geng Jefri? Bola liar ini semakin mebmbuat orang untuk menonton lebih dari satu kali. Tapi hal yang bikin geregetan adalah kenapa Edwin menyimpulkan Kristo adalah ponakannya hanya karena dia jago gambar!!!

              Udahlah yan anti malah banyak spoiler, tapi Film ini sangat rekomendasi bila kamu memang suka dengan film sadis dan banyak darah. Tapi buat kamu yang pernah mengalami kekerasan baik di sekolah maupun di rumah, ada baiknya tidak menonton ini. Have fun ya teman – teman.

Posting Komentar